Bangkit dari Bangkrut II

Jum'at, 09 Mei 2014 00:00 WIB | 5.206 kali
Bangkit dari Bangkrut II Sambungan dari  Bangkit dari Bangkrut

Malamnya, ketika Bu Yayah, suaminya, dan rombongan hendak menunaikan shalat Isya di Masjidil Haram, tanpa disangkanya, ia bertemu lagi dengan ibu berlogat Sunda itu. la membawa sajadah yang bagus. Begitu melihat kehadiran Bu Yayah, ibu itu menghampiri dan mengajaknya ngobrol. la memperlihatkan sajadah bagus itu.

"Bu, lihat deh, sajadah ini bagus ya? Saya beli dari uang yang Ibu kasih," pamernya dengan senyum mengembang. Bu Yayah hanya mengangguk dan ikut tersenyum, la senang pemberiannya dapat bermanfaat bagi ibu itu.

"Alhamdulillah, saya senang kalau pemberian saya ada manfaatnya..." Jawabnya singkat.

"Semoga Alloh membalas kebaikan Ibu, ya... saya doakan..." Lanjut ibu itu sebelum berlalu.

Kemudian, Bu Yayah dan suaminya tak pernah terpikirkan lagi tentang ibu itu, mereka disibukkan dengan sisa ritual ibadah yang harus mereka kerjakan di tanah suci. Namun sungguh tak disangkanya beberapa hari kemudian, mereka malah ketemu lagi dengan si ibu berlogat Sunda itu. Tapi kali ini ia tidak sendirian, melainkan membawa seorang kawannya. Ibu itu memanggil Ibu Yayah yang sudah dilihatnya dari kejauhan.

Bu Yayah mengerutkan dahinya. "Subhanallah... bagaimana mungkin? Jamaah dari Indonesia, kan melimpah, kenapa ketemu terus dengan ibu yang satu ini?" Begitu batinnya.

"Bu, kenalkan ini teman saya," katanya dengan riang. Bu Yayah menyambut uluran tangan mereka.

"Ini, loh Ibu baik hati yang meminjamkan saya 150 real," si Ibu logat Sunda menjelaskan pada kawannya.

"Ah, bukan pinjam, saya ikhlas kok ngebantu kalau emang ibu butuh," ralat Bu Yayah.

"Nggak, saya pinjam kok, nih teman saya mau gantiin, mumpung kita ketemuan lagi."

Bu Yayah melongo, teman ibu itu menyerahkan sekantong lusuh yang berisi uang.

"Ini, terima aja, Bu. Sebagai ganti. Sudah ya... kami pamit." Mereka berdua pergi menjauh.

Bu Yayah tak punya pilihan, kantong lusuh itu disimpan dalam tasnya, yang bahkan tak disentuhnya sampai mereka tiba di Indonesia. Begitu telah di rumah, Bu Yayah dan suaminya lantas menghitung sisa uang mereka.

"Eh... iya, Pak, tunggu!" Bu Yayah menepuk dahinya dan buru-buru ke kamarnya. Segera ia membuka kopernya dan mengambil kantong lusuh itu.

"Apaan itu, Bu?" Suaminya heran.

"Ini loh, uang yang diganti ibu-ibu logat Sunda itu. Ibu belum tahu isinya."

Mereka membuka ikatan kantong dan mengeluarkan isinya. Ternyata dalam rupiah dan...

"Subhanallah... kok bisa?"

"Kenapa?" Suaminya menyahut.

Tapi istrinya malah terlihat kalang-kabut.

"Iki, Pak... jumlahnya sampe 20 juta! Aduh... Mana Ibu nggak tau alamat Ibu itu lagi.... gimana ya?" Bu Yayah panik.

"Ini rezeki dari Alloh, Bu..." Suaminya menenangkan.

"Iya Ibu tahu! tapi kan yang ibu berikan sama dia nggak segede ini. Gimana dong?"

Setelah berembuk, sepasang suami istri itu memutuskan hanya mengambil sejumlah hak mereka, yaitu sekitar satu juta rupiah, sisanya di sumbangkan ke sebuah yayasan.

"Insya Alloh ini keputusan terbaik..." bathin Bu Yayah berkata.

Maka, mereka menyerahkan uang itu ke sebuah yayasan untuk digunakan seperlunya. Tak terpikirkan setitikpun dalam benak mereka untuk mengambil semua jumlah uang itu, meskipun itu buah sedekah mereka dari Alloh. Mereka yakin rezeki tak akan ke mana.

Dan... betul saja... beberapa minggu kemudian, suami Bu Yayah yang memang hampir bangkrut usahanya mendapat tawaran bisnis minyak tanah dan solar. Bisa dikatakan bisnisnya yang sekarang lebih bagus dari bisnisnya yang dulu.

"Lihat, Pak? Alloh membalas perbuatan kita. Coba kalau sisa uang itu nggak kita alihkan ke yayasan, belum tentu begini, kan?"

Suaminya mengangguk setuju. Kini mereka tak perlu khawatir lagi akan kelaparan karena bisnis yang nyaris bangkrut telah tergantikan.... Subhanalloh.

(Ibu Yayah dan Suaminya)

Sumber: Buku 33 Kisah Keberkahan Para pengamal Sedekah, Penulis: Aqilah Selma Amalia





Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB