Aku Lebih Tenang Jika Dekat dengan Allah

Admin | Selasa, 11 Maret 2014 10:35 WIB | 8.975 kali
Aku Lebih Tenang Jika Dekat dengan Allah Allah Swt. memang menjanjikan ketenangan bagi hamba-hambanya yang setatu dekat kepada-Nya. Caranya sangat mudah,yakni melalui media shalat, baik wajib maupun yang sunnah. Banyak orang-orang yang sudah membuktikan bagaimana rasanya dekat dengan Allah melalui media tersebut dan terbukti hidupnya jauh lebih tenang.

Bagi orang yang sudah terbiasa melaksanakan shalat wajib, rasanya selalu kurang untuk selalu bercengkerama dengan Allah. Maka dari itu, Islam pun memberikan ibadah tambahan (at-tathawwu`) bersifat sunnah. Ibadah ini boleh dilakukan dan boleh juga tidak. Akan tetapi, dampak bagi yang melakukan dengan yang tidak, tentulah berbeda. Di dalam Islam, ada banyak ibadah-ibadah sunnah, dan salah satunya adalah shalat sunnah Rawatib, yaitu shalat yang dilakukan sebelum dan sesudah shalat wajib.

merasakan yang paling dalam dari shalat sunnah Rawatib adalah keinginan bagi orang-orang yang melakukannya. Seorang bapak yang sudah berusia 50 tahun merupakan salah satu pelaku rutin shatat sunnah Rawatib. Jika tidak ada halangan yang membuatnya uzur, ia tetap berusaha melaksanakannya. Nama Bapak itu adatah Junaidi. ia adalah seorang pengajar di salah satu lembaga swasta di Jawa Timur. Orangnya memang terkenal tawadhu’ dan rajin beribadah. Kesehariannya selalu ia habiskan untuk mengajar di tempat ia tinggal, namun ia selalu konsisten melakukan ibadah-ibadah yang wajib dan yang sunnah.

Pernah suatu ketika rombongan para guru pergi berziarah ke makam para wali, Bapak Junaidi selalu mengusulkan kepada para rombongan agar berhenti di suatu masjid untuk shalat. Dalam hal itu pula, Bapak Junaidi selalu intens melaksanakan shalat wajib berikut dengan sunnah-sunnahnya.

Salah satu pengalaman menarik yang dialaminya, yakni ketika keluarganya sedang menghadapi suatu masalah besar Waktu itu, bertepatan dengan shatat Zhuhur. Seperti biasa sebelum melaksanakan shalat Zhuhur, ia melaksanakan shalat sunnah qabliyah Zhuhur. Karena sehabis Zhuhur masih harus mengajar lagi. Ia tidak pulang ke rumahnya yang hanya berjarak 500 meter dari sekolah tempat ia mengajar. la lebih memilih shalat Zhuhur di masjid.Tak lama kemudian, ia disusul oleh keponakannya bahwa di rumahnya telah banyak orang. Ia diberi tahu kalau istrinya sedang sakit.

Sehabis shalat, bapak Junaidi langsung bergegas pulang. Sesampainya di rumah, istrinya tampak terbaring di ranjang. Penyakit jantungnya kambuh lagi dan harus segera dibawa ke rumah sakit. Bertepatan dengan itu, kondisi perekonomian keluarganya masih dalam kondisi seret alias kesusahan. Di sekolah tempat ia mengajar tidak mendapatkan gaji, karena sekolah tersebut adalah sekolah swasta. Paling setiap enam bulan sekali, Bapak Junaidi mendapatkan uang dan itu pun dalam jumlah yang tidak banyak.

Mendapati kondisi istrinya yang demikian dan ditambah lagi dengan kondisi keuangannya yang tidak stabi, ternyata tidak membuatnya bersedih atau putus asa. Sebenarnya, ketabahan Bapak Junaidi atas musibah yang menimpa keluarganya itu terasah karena ia telah begitu dekat dengan Tuhan. Ibadah-ibadah yang selama ini ia dilakukannya dengan rajin telah membuat dirinya semakin tertempa dan i a. belajar ikhlas.

Singkat cerita, Bapak Junaidi akhirnya pergi ke kantor ia mengajar dengan maksud mencari pinjaman uang kas sekolah. Ia berjanji akan menggantinya. Uang ijazah yang setiap enam bulan sekati diterimanya dijadikan sebagai jaminannya. Ternyata, para pengurus yayasan juga sudah mendengar berita tentang istrinya yang sedang sakit keras. Para pengurus sebenarnya juga bermusyawarah akan memberikan bantuan kepada Bapak Junaidi dalam pembiayaan istrinya di rumah sakit. Para pengurus yayasan memilipertimbangan, pertama karena sisi kemanusiaan, dan karena Bapak Junaidi termasuk guru senior dan sudah lama mengajar.

Benarlah bahwa dekat dengan Allah akan mendatangkan ketenangan, meskipun dalam kondisi sulit sekalipun. Adanya pola ketersambungan hati antara hamba dengan Allah sangat sulit dijangkau secara logika. Namun, kisah-kisah yang berkaitan yang menceritakan kisah "romantisme" seorang hamba dengan Tuhannya, hanya bisa dirasakan melalui hati dan pikiran yang senantiasa bersih. Bapak Junaidi, yang tidak begitu berkecukupan dalam hal ekonomi, namun dalam suatu waktu ia tetap bisa bersikap tenang karena dibantu oleh Allah
lewat tangan orang lain.



dikutip dari Kisah-Kisah Ajaib Pengubah Hidup


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Doa yang Paling Sering Diucapkan Rasulullah
Kamis, 24 November 2016 10:25 WIB
Jika Anda Begini, Istri Anda Bakal Demen
Kamis, 13 Oktober 2016 10:52 WIB
Tinggi Ilmu Namun Rendah Hati
Rabu, 28 September 2016 10:29 WIB
Empat Amalan Surga Dalam Satu Hari
Selasa, 20 September 2016 14:21 WIB