Ibu Rahma: Berlelah-lelah karena Allah dan Kebahagiaan

admin | Jum'at, 14 November 2014 14:52 WIB | 5.542 kali
Ibu Rahma: Berlelah-lelah karena Allah dan Kebahagiaan

Kebahagiaan yang sejati tidak didapati dari harta yang tidak banyak dan tidak pula dari pasangan-pasangan yang cantik ataupun yang tampan-tampan. Tetapi, ketersambungan atau konektivitas hati dengan Allah dan hidup yang berada di jalur agama merupakan salah satu kunci mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Buktinya, tidak sedikit orang- orang yang dikelilingi harta berlimpah, kondisi hidupnya tak sebanding dengan harta yang dimilikinya, dalam arti dalam diri mereka tidak tercermin sebuah suasana hati yang bahagia atau ceria. Bahkan, terkadang mereka justru dibuat repot dengan apa yang mereka miliki, dan parahnya lagi mereka justru diperbudak olehnya.

Kisah ini terjadi sekitar tahun 2008. Banyak pengalaman berbeda yang dirasakan oleh orang-orang yang melakukan shalatsunnah Rawatib.Tidakhanya berkaitan dengan masalah peningkatan keimanan atau spiritualitas, tetapi masalah kebahagiaan juga bagian dari efek rutin melaksanakan shalat sunnah tersebut. Jika berpikir dan membayangkan capek atau lelah,tentu hal itu membuatsemangatuntuk melakukan menjadi menurun. Seseorang akan merasakan nyaman, kalau ia sudah melewati rasa capek. Demikian juga seseorang akan merasakan kebahagiaan batin dan kenikmatan hidup kalau ia mampu melawan rasa malas yang bersarang dalam dirinya serat capek dan gangguan-gangguan lain yang membuatnya nggan untuk melaksanakan suatu ibadah.

Adalah Ibu Rahmah, yaitu seorang ibu rumah tangga yang mempunyai 3 orang anak sudah dewasa semua, la menikah dengan seorang laki-laki yang tidak kaya dan tidak pula tampan. Namun, semua kenyataan yang hadir da- l.im kehidupannya tidak membuatnya mengeluh, apalagi menyalahkan nasib. Semua sudah memiliki ketentuan yang ilatang langsung dari Allah Swt. Karenanya, apa pun yang ia il.ipatkan membuatnya selalu bersyukur.

Bagi Ibu Rahmah, semua yang dimilikinya sudah menjadi kebahagiaan tersendiri, la menyadari bahwa hidup li.irus selalu meningkat, baik dari segi ekonomi dan lebih- lebih dalam hal ubudiyah. Kebahagiaan itu harus bisa diraih secara sempurna. Maksud dari kata sempurna itu adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kalau mengukur seberapa besar kebahagiaan yang dirasakan di dunia, tentu hal itu sangat relatif dan subjektif. Akan tetapi, jika berbicara tentang kebahagiaan akhirat, maka titik tumpunya adalah pada itu pijakan, yakni mendapatkan ridha Allah dengan cara dimasukkan ke dalam surga-Nya.

Karena itu, jadilah orang yang bisa meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Berlelah-lelah di dunia karena menjalankan perintah Allah dan mengikuti sunnah-sunnah nabi. Terasa capek dan lelah memang, tapi di balik itu semua ada hikmah plus balasan setimpal yang bakal dirasakan. Terlalu banyak cobaan hidup di dunia ini. Sehingga sangat wajar bila seseorang yang tidak benar-benar kuat menahan godaan tersebut terjerembab pada wilayah kelalaian dan kehancuran yang berujung pada penyesalan-penyesalan.

Namun Ibu Rahmah selalu berusaha melawan gelagat-gelagat yang bisa saja membuat hati kecilnya bersikap seolah menyepelekan terhadap ibadah-ibadah sunnah yang sudah sejak lama ia lakukan secara istiqamah. Tidak hanya itu, ia juga selalu mewanti-wanti semua anak-anaknya agar jangan sampai "putus" melaksanakan shalat sunnah. la berpesan bahwa shalat sunnah bisa membuat pikiran menjadi tenang yang efeknya juga akan terasa ketika menyimak suatu pelajaran sehingga mudah menangkapnya.

Hal yang paling bisa dicontoh dari Ibu Rahmah adalah pendiriannya yang kuat. Meskipun dalam keadaan capek sekalipun, sehabis melakukan shalat, ia selalu meluangkan waktunya melakukan shalat sunnah. Baginya, shalat seolah menjadi ruh yang menghadirkan spirit plus ketenangan, sehingga bila suatu saat ia sangatterpaksatidakshalatsunnah setelah shalat wajib, ia seolah kehilangan suatu momentum kebahagiaan yang paling berharga dalam dirinya. Ternyata, kebiasaannya mulai tertular kepada suaminya. Sehingga, keluarga di dalamnya tampak selalu kompak melaksanakan ibadah-ibadah sunnah.

Semua keluarga Ibu Rahmah juga terbiasa shalat ber­jamaah. Sehabis shalat, biasanya mereka berkumpul dan bercengkerama penuh dengan kehangatan. Keluarga Ibu Rahmah mencerminkan sebuah pola interaksi yang sangat harmonis antarsesama di dalamnya.

 

 

Kisah-kisah Ajaib Pengubah Hidup, Ustadz Amrin Ali Hasan

 



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Doa yang Paling Sering Diucapkan Rasulullah
Kamis, 24 November 2016 10:25 WIB
Jika Anda Begini, Istri Anda Bakal Demen
Kamis, 13 Oktober 2016 10:52 WIB
Tinggi Ilmu Namun Rendah Hati
Rabu, 28 September 2016 10:29 WIB
Empat Amalan Surga Dalam Satu Hari
Selasa, 20 September 2016 14:21 WIB