Mukminah paling Bahagia

Admin | Selasa, 21 Oktober 2014 14:11 WIB | 3.932 kali
Mukminah paling Bahagia Duhai wanita yang bersedih!!

Tidak ada yang paling bahagia selain orang-orang yang beriman kepada Allah. Mereka berada di bawah naungan cahaya Allah, senantiasa intropeksi diri, melaksanakan perintah Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya. Perhatikanlah sifat mereka dalam Al Quran:
 
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”  (QS. An Nahl  [16]:97).

Rakus dan tamak merupakan hal yang dapat menghancurkan. Solusi keduanya sebagai berikut:

Hemat dalam membelanjakan harta. Orang – orang yang banyak membelanjakan harta, tidak akan membuatnya qanaah. Bahkan ia akan dikuasai sifat tamak dan rakus. Hemat dalam keperluan hidup merupakan pangkal dari qanaah. Sebagaimana dalam sebuah keterangan: hemat merupakan sebagian kehidupan.
 
Jangan pesimis menghadapi masa depan. Bantulah diri sendiri dengan memperkecil impin. Yakinlah bahwa rejeki telah ditentukan untukmu, dan pasti akan mendatangimu.

Takwa kepada Allah, sebagaimana firman-Nya “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Thalaaq [65]: 2-3)

Mempelajari bahwa sifat qanaah itu kaya akan kemuliaan. Sedangkan dalam sifat tamak dan rakus terdapat kehinaan.

Perbanyak menelaah siah para nabi dan orang – orang shaleh, tentang sifat qanaah dan hemat dalam memenuhi keperluan hidup, serta semangat mereka dalam melaksanakan amalan shaleh. Maka jadianlah mereka teladan.

Perhatikan orang yang dibawah Anda dalam urusan dunia.

Jika Anda berusaha menyelesaikan setiap masalah, maka sibukanlah dengan sesuatu yang prioritas, seperti membaca, atau bekerja. Karena kesibukan itu akan menghilangkan rasa bingung. Allah tidak akanmenjadikan dua hati seseorang pada tenggorokannya.yakinlah, muskilah itu penyakit anak, maka orang tua akan memeriksa anaknya dengan teliti. Kemudian waktunya berlalu dengan kesibukan dan yang bermanfaat baginya.

Ada baiknya, seseorang yang sedasng dirundung masalah baru, mengingat masalah lebih besar yang telah dilaluinya. Dengan demikian Allah akan membantunya menyelesaikan masalah. Ketika ia tidak mengingat masalah yang telah dilaluinya, senyuman dan keyakinan diri dapat membantunya. Ketika manusia mengingat bahwa masalah sekarang ini tak jauh berbeda dengan masalah yang telah dilaluinya, maka masalah itu akan dapat dilaluinya dengan izin Allah.

Orang yang mendapat masalah, sebaiknya mengambil sisi positif masalahnya tersebut. Bila tidak, maka permasalahan yang ia hadapi akan semakin besar dan berbahaya. Renungkanlah perkataan Ibnu Jauzi, “Barangsiapa tertimpa musibah dan ingin melupakannya, maka bayangkanlah jika ia mendapat musibah yang lebih besar. Dengan demikian ia akan membayangkan pahala yang begitu besar, dan turunnya musibah yang lebih besar. Sehingga ia akan mendapatkan keuntungan dari pahala masalah yang lebih kecil. Ia akan merasakan musibah itu cepat berlalu. Seandainnya tidak ada musibah yang lebih besar, maka ia tidak akan mengharapkan waktu-waktu untuk ketentraman.” (Shaidul Khatir, karya Ibnu Jauzi, pasal murka atas musibah, hal. 97).

*** 


Sumber: Buku La Tahzan for Women, Penulis: Nabil bin Muhammad Mahmud


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Anak Marah, Atasi dengan Cara Ini
Selasa, 01 November 2016 16:27 WIB
Mengenalkan Allah pada Anak dengan Cara Sederhana
Selasa, 11 Oktober 2016 10:50 WIB
Ukhti Mau Mahar Apa?
Senin, 10 Oktober 2016 11:18 WIB