Beberapa Etika Berinteraksi dengan Orang Tua

Admin | Jum'at, 18 September 2015 08:58 WIB | 4.718 kali
Beberapa Etika Berinteraksi dengan Orang Tua
Sebelumnya telah kita bahas tentang "Durhaka adalah salah satu dosa Besar", untuk sekarang mari sediki kita ulas tentang bagaimana etika bagi seorang Muslim ketika ia berinteraksi kepada kedua orang tuanya. Miris memang ketika kita lihat realita saat ini dimana banyak para anak yang memiliki akhlak yang buruk ketika berinteraksi dengan orang tuanya, padahal kedua orang tua adalah orang yang harus ia hormati lebih dari siapun termasuk istri dan anaknya. Berikut pembahasannya.

Beberapa etika berinteraksi dengan orang tua adalah tidak memandang orang tua dengan pandangan yang tajam, tidak berbicara kepada keduanya dengan nada suara yang tinggi, tidak mendahului kata-kata keduanya ketika tengah berbicara dengan keduanya, tidak duduk di hadapan keduanya ketika mereka tengah berdiri, dan tidak mendahului keduanya ketika tengah makan atau minum.

Semua etika yang telah disebutkan tadi adalah dalilnya masing-masing yang menunjukkan bahwa semua etika di atas tadi harus dilaksanakan sebagai salah satu bentuk penghormatan terhadap orang tua.

Dalam Shahih Bukhari diriwayatkan sebuah hadits dari al-Maswar bin Makhramah dan marwan bahwa para sahabat merendahkan suara mereka ketika tengah berbicara dengan Rasulullah saw. Dan mereka juga tidak pernah memandangi Rasulullah saw, dengan pandangan yang tajam, sebagai tindakan penghormatan kepada.

Sedangkan, dalil bahwa anak tidak boleh mendahului orang tuanya ketika tengah bericara adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu Umar Radhiallohu’anhu bahwa dia tidak pernah berbicara ketika tengah berada di hadapan orang-orang yang lebih tua baginya. Tentu saja keuda orang tuanya lebih berhak untuk dihormati dari pada orang dewasa lainnya.

Yaitu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Umar Radhiallohu’anhu,

"Pada suatu hari kami tengah berkumpul dengan Rasulullah Sholallohu’alaihi wa Sallam dan ada seorang yang datang membawa kerikil untuk beliau, maka beliau mengajukan pertanyaan kepada kami,

"Apakah jenis pepohonan yang menyerupai orang muslim?"

Mendengar pertanyaan Rasulullah Sholallohu’alaihi wa Sallam tersebut aku ingin menjawaba bahwa yang dimaksud adalah pohon korma, tetapi aku hanya berdiam diri karena aku adalah orang termuda dari orang-orang yang hadir di situ. Setelah itu, Rasulullah Sholallohu’alaihi wa Sallam berkata,

"Pohon tersebut adalah pohon kurma."

Sedangkan dalil larangna untuk duduk ketika orang tua sedang berdiri adalah, hadits yang diriwayatkan oleh Mulim, dari Jaabir Radhiallohu’anhu,

"Pada suatu hari kami melakukan shalat dengan diimami oleh Rasulullah Sholallohu’alaihi wa Sallam yang tengah sakit dan beliau shalat sambil duduk. Maka, ketika kami semua sudah siap untuk melaksanakan shalat, Abu Bakar membacakan takbir. Setelah itu, dia menoleh kepada kami yang tengah siap berdiri untuk melaksanakan shalat dan dia memberikan isyarat kepada kami untuk duduk. Melihat isyarat Abu Bakar tersebut, kami laksanakan shalat sambil duduk. Setelah kami selesai membacakan salam shalat, dia berkata, "Hampir saja tadi kalian melakukan perbuatan seperti perbuatannya orang-orang Fersia dan orang-orang Romawi, yang berdiri ketika rajanya tengah duduk, Jangan sampai kallian tiru perbuatan mereka. Ikutilah perbuatan imam kalian. Jika dia shalat sambil beridi, kalian pun harus shalat sambil berdiri. Jika dia halat sambil duduk, maka kalian pun mesti shalat sambil duduk."

Lalu dalil tidak boleh mendahului orang tua ketika tengah makan atau menim adalah hadis yang tadi telah disebutkan, yang menceritakan tentang tiga orang yang terperangkap di dalam gua. Maka, salah seorang dari mereka mengatakan bahwa setiap pagi dia selalu berdiri di depan pintu orang tuanya sambil memerahi susu, sampai datang waktu fajar. Dia dan anak-anaknya tidak akan berani minum susu tersebut sebelum kedua orang tuanya minum.

Wallohua’lam.

Sumber Link




Yuk Bagikan :

Baca Juga