Benarkah Pendidikan Inklusif Terbaik bagi ABK? (Bag. 2)

Kamis, 22 November 2007 10:37 WIB | 15.290 kali
Benarkah Pendidikan Inklusif Terbaik bagi ABK? (Bag. 2)

Pro – Kontra Pendidikan Inklusif


Berbeda dengan di negara-negara maju, keberadaan pendidikan inkludif masih menimbulkan kontroversi. Masing-masing pihak, baik yang pro maupun yang kontra tentu memiliki dasar pertimbangan sendiri.

Argumen para pendukung konsep pendidikan inklusif mengajukan argumen antara lain sebagai berikut:

  1. Belum banyak bukti empiris yang mendukung asumsi bahwa layanan pendidikan khusus yang diberikan di luar kelas reguler menunjukkan hasil yang lebih positif bagi anak.
  2. Biaya sekolah khusus relatif lebih mahal daripada sekolah umum
  3. Sekolah khusus mengharuskan penggunaan label berkelainan yang dapat berakibat negatif kepada anak
  4. Banyak anak yang berkelainan yang tidak mampu memperolah pendidikan karena tidak tersedia sekolah khusus yang dekat;
  5. Anak berkelainan harus dibiasakan tinggal dalam msayarakat bersama masyarakat lainnya.

 

Sedangkan pihak yang kontra terhadap pendidikan inklusif pun memiliki argumen berbeda.

  1. Peraturan perundangan yang berlaku mensyaratkan bahwa bagi anak berkelainan disediakan layanan pendidikan yang bersifat kontinyu.
  2. Hasil penelitian tetap mendukung gagasan perlunya berbagai alternatif penempatan pendidikan bagi anak berkelainan;
  3. Tidak semua orang tua menghendaki anaknya yang berkelainan berada di kelas reguler bersama teman-teman seusianya yang normal.
  4. Pada umumnya sekolah reguler belum siap meyelenggarakan pendidikan inklusif karena keterbatasan sumber daya pendidiknya. 

 

Lepas dari pro-kontra di atas, sekolah-sekolah yang mengaku menerapkan pendidikan inklusif harus memenuhi 5 (lima) karakteristik, yaitu:

1.  Menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat, menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan.

2.  Memerlukan perubahaan pelaksanaan kurikulum secara mendasar karena kelas lebih heterogen.

3.      Menyiapkan dan mendorong guru untuk mengajar secara interaktif

4.    Selalu mendorong guru dan kelas untuk menghapus segala hambatan yang berkaitan dengan isolasi profesi

5.      Melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses perencanaan

 

Jadi, keputusan apakah anda akan menyekolahkan anak di pendidikan inklusif atau tidak, kembali lagi pada masing-masing orang tua. Fitri Ariyanti, Psi pun menambahkan, ”Ada beberapa guide sebelum memutuskan. Pilih lah sekolah yang bener-bener siap untuk sistem inklusif tersebut. Diantaranya, sekolah harus menyediakan seorang pedagog”.



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Potensi "Anak Nakal"
Senin, 31 Oktober 2016 09:49 WIB
Telepon Aku dong, please
Senin, 19 Januari 2015 12:19 WIB
Bermain, Apa dan Mengapa?
Senin, 19 Januari 2015 05:23 WIB