Bila Si Kecil Selalu Lambat I

Sabtu, 31 Desember 2011 00:00 WIB | 7.811 kali
Bila Si Kecil Selalu Lambat I Lila baru berumur 5 tahun dan ibunya, Ny. Riri, berusia 35 tahun. Tapi setiap pukul setengah delapan pagi, ibunyalah yang "uring-uringan". Bila Anda pernah "memburu-buru’’ anak kecil, pasti bisa memahami betapa pusingnya Riri.

• •

Frustrasi bukan kata-kata yang cukup untuk menggambarkan perasaan Anda bila si bungsu yang baru masuk TK perlu setengah jam hanya untuk mencari sepatunya. Atau, saat anak Anda yang berusia 7 tahun tidak selesai-selesai membuat pekerjaan rumah (PR) lantaran bolak-balik meraut pensilnya. Belum lagi kalau tiap pagi ia membuat mobil antar-jemput sekolahnya menunggu. Padahal Anda sudah berkali-kali bilang, "Pokoknya hari ini kamu harus tepat waktu!"

Sayangnya, kemarahan Anda acapkali tak berguna. Para ahli sepakat, ada pesan tersembunyi di balik gerak-gerik anak yang lambat seperti siput itu. Temukanlah pesan itu, dan Anda sudah separo berhasil mengatasi masalah tersebut. Berikut yang dapat Anda lakukan untuk menuntaskannya.

1.  Anggap Normal

Gerak-gerik yang serba lambat adalah bagian normal dari perkembangan anak. Karena itu, santai saja! Terimalah peri­lakunya. Nanti bila anak sudah agak besar, toh ia akan membaik dengan sendirinya. Memang sih kadang anak yang sudah agak besar masih perlu juga diberi semacam insentif (bisa pujian, bisa hadiah) agar lebih "gesit".

2.  Ajarkan Melihat Jam

Konsep waktu, hampir-hampir tidak dimiliki anak kecil. Percuma Anda mengatakan ia harus bergegas, karena Anda harus berada di suatu tempat tepat waktu. Lebih baik Anda mulai mengajarkannya membaca jam dan mencocokkannya bersama-sama dengan jadwal masing-masing. Sekali anak mampu menye­butkan waktu (jam berapa), ia lebih sadar kapan Anda atau dirinya harus menyelesaikan suatu pekerjaan. Anda pun jadi lebih mudah menyuruhnya menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

3.  Interupsi Hanya Bila Perlu

Tak ada seorang pun di dunia ini yang senang diinterupsi. Begitu juga anak-anak. Mereka bisa kebal bila Anda terus-menerus menginterupsinya untuk melakukan hal-hal lain, saat asyik bermain. Lalu, Anda pun menuduh mereka lelet, ndhableg (acuh), dan sebangsanya. Daripada menginterupsi, lebih baik beri semacam peringatan, "Lila, 5 menit lagi TV akan ibu matikan untuk makan malam, ya!" Dengan begitu, anak hanya akan merasakannya sebagai pergantian kegiatan.

4.  Beri Pujian

Jangan segan-segan memuji bila si kecil mengerjakan sesuatu dengan cepat. Pendeknya, beri pujian setiap kali anak melakukan sesuatu dengan efisien dan tidak berlambat-lambat. Anak berusia 9-10 tahun sudah mulai paham konsep keteraturan. Pujilah mereka bila melakukan sesuatu dengan cepat, tepat, dan teren­cana, "Perencanaan hebat!"

5.  Buat Sistem Bintang

Belilah stiker warna berbentuk bintang dan kalender yang ada kotak-kotak tanggalnya. Gunakan bintang-bintang itu jadi semacam "penghargaan" untuk segala tindakan yang serba cepat. Bila anak lambat dalam mengerjakan PR, bilang saja, sejak hari ini ia akan mendapat sebuah bintang di kalender jika bisa menye­lesaikan PR lebih awal selama beberapa hari. Jangan lupa, jan­jikan imbalan khusus bila ia berhasil mendapat sekian bintang.

6.  Gambar "Wajah Tersenyum"

Untuk anak prasekolah yang belum bisa membaca, buatlah gambar-gambar menarik tentang tugas yang harus ia kerjakan. Kemudian, tempelkan stiker wajah yang sedang tersenyum per­sis di sebelah gambar tugas-tugas yang telah selesai dikerjakan. Pendekatan positif model ini biasanya efektif.

7.  Beri Perhatian Positif

Anak yang serba lambat biasanya lebih banyak dapat "perha­tian" ketimbang anak yang gesit dan efisien. Orang tua umumnya "betah" ngomel panjang lebar untuk tingkah anak yang menye­balkan itu. Padahal bagi anak-anak, positif-negatifnya sebuah per­hatian tidaklah penting. Yang penting intensitasnya. Pujian, "Aduh, pintarnya anak Ibu!" bila anak mengerjakan tugas de­ngan cepat, lebih sedikit intensitasnya dibanding, "Ya ampuun..., capek deh Ibu lihat kamu nggak selesai-selesai bikin PR, bla... bla... bla!" Jadi, biasakanlah memberi perhatian positif sebanyak mungkin.

Disadur dari buku Mari Bersekolah - editor Deni Karsana - Wyeth Nutritionals



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Potensi "Anak Nakal"
Senin, 31 Oktober 2016 09:49 WIB
Telepon Aku dong, please
Senin, 19 Januari 2015 12:19 WIB
Bermain, Apa dan Mengapa?
Senin, 19 Januari 2015 05:23 WIB