Punk 53 Rut

Amri Knowledge Entreprene | Kamis, 24 Juli 2008 08:50 WIB | 3.920 kali
Punk 53 Rut

Beberapa minggu yang lalu, saya menulis dengan judul “Boro-Boro, Buru-Buru, Berat Coy” yang terinspirasi dari tulisan belakang mobil truk. Kemudian bagian lanjutan dari tulisan tadi ada tulisan”Punk 53 Rut” yang arti bahasa Sundanya adalah “Panglima Ti Garut”, arti indonesianya adalah “Panglima Dari Garut”. Setelah menulis dengan judul “Boro-Boro, Buru-Buru, Berat Coy, banyak yang komentar dalam tulisan, kirim email, sms, telepon dan bahkan bertemu untuk diskusi masalah kegigihan kehidupan.

Karena ada tulisan di truk besar itu, salah satunya adalah “Punk 53 Rut” artinya panglima ti garut, dan kalau di indonesiakan menjadi panglima dari garut, maka kesempatan ini akan saya ambil contoh generasi dari garut yang nekat merantau ke Arab Saudi dengan harapan bisa hijrah dari satu takdir ketakdir lain yang lebih baik. Tulisan ini terinspirasi dari detiknews yang dilaporkan oleh Gagah Wijoseno dari Dubai pada hari Rabu tanggal 09 Juli 2008 pukul 05:58 WIB.

Pemuda Dadang bin Jajang. asal Garut ini bepergian sampai ke luar negeri hanya dengan bekal uang Rp 13 ribu, ketika ketemu dengan Gagah Wijoseno Datang mengatakan:

"Ini nih. Cuma 13 ribu," kata Jajang di Bandara Internasional Dubai, Uni Emirat Arab, sambil menunjukkan selembar uang pecahan Rp 10 ribu dan 3 lembar pecahan Rp 1.000 yang diambil dari dompetnya.

Untungnya maskapai penerbangan memberikan Dadang voucher untuk makan. Jika tidak, bisa dipastikan perut perjaka lulusan SD itu bakal keroncongan. Bayangkan saja, satu roti lapis sandwich dijual 10 dirham atau sekitar Rp 20 ribu. Padahal Dadang hanya punya Rp 13 ribu.

Parahnya lagi, di Dubai, Dadang ketinggalan pesawat yang akan membawanya ke tujuan akhir di Jeddah. Dan ketika hendak meminta penerbangan selanjutnya, ternyata dia sedikitpun tidak bisa bahasa Inggris maupun Arab. "Mas nanti tolong ya bantuin ngomongnya. Saya nggak ngerti nih," pintanya pada detikcom.

"Tadi, saya pas sampe sini bingung. Nggak ngerti apa yang diomongin pengeras suara Terus saya cari aja yang ada gate tulisan emirates (nama maskapai)-nya. Terus saya tanya petugas informasi, terus ditulis pintu masuk (gate)-nya. Saya lari-lari, begitu sampai ternyata sudah ditutup," tutur Dadang mengisahkan perihal alasannya sampai ketinggalan pesawat.

Pemuda lajang ini mengaku dari Jakarta hanya membawa uang total Rp 300 ribu. Uang tersebut dipakainya untuk membayar fiskal dan lain-lain, sampai hanya tersisa Rp 13 ribu. Rencananya, Dadang akan dijemput saudaranya setiba di Bandara Jeddah. Tapi dengan adanya kejadian itu, tentunya Dadang harus memberitahukan keadaannya ke Jeddah.

Hanya saja..."Gimana caranya," tanya Dadang yang juga tidak membekali dirinya dengan peralatan komunikasi, seperti telepon genggam, untuk berhubungan dengan saudaranya. Kenekatan Dadang bukan tanpa alasan. Pekerjaan sopir angkot di Bandung dirasanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya, apalagi setelah kenaikan harga BBM. "Kalo dulu bisa Rp 50-75 ribu. Kalau sekarang mah nggak nyampe," keluhnya.

Oleh karena itu, Dadang yang juga pernah bekerja setahun di tempat yang sama, tidak menolak ajakan saudaranya itu. "Kalau waktu itu dibayar sekitar Rp 1,5 juta bersih per bulan. Di Indonesia mana bisa dapat segitu. Kalau sekarang, gajinya mungkin sudah naik," harapnya.

Pergi ke Jeddah tanpa bantuan PJTKI, menurut Dadang, tidak perlu memiliki kemampuan bahasa yang mumpuni. Cukup mengikuti petunjuk penumpangnya.

"Asal bisa ngerti bahasa Arab kanan, kiri, lurus, sama stop saya sudah bisa kok," yakinnya.

Semoga Dadang bisa selamat sampai Jeddah dan mewujudkan keinginannya dengan uang Rp 13 ribu-nya.

Sahabat CyberMQ

Pada dasarnya, hidup ini harus berani nekat, asal untuk kebenaran. Salah satunya keinginan berpindah dari satu takdir ke takdir yang lebih baik. Walaupun, nekat untuk pindah takdir yang lebih baik itu, dengan segala keterbatasan. Hidup ... ini, pada dasarnya hanya perlu tahu kanan, kiri, lurus, mundur dan stop. Sedangkan pengetahuan lainnya itu adalah variasi-variasi tambahan, yang bisa didapat sambil jalan.

Berani menghadapi keterbatasan penuh kegigihan agar Tuhan memudahkan kita untuk mendapatkan takdir yang lebih baik atau memilih menjadi orang pasif penuh kegagalan dan berlindung seakan-akan kegagalan itu adalah takdir satu-satunya!!! Bagaimana pendapat sahabat ???

Masrukhul Amri: Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power. Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional MBA-Main Bersama Amri di CyberMQ dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung. Mottonya adalah mari sama-sama belajar menjadi yang terbaik. Website http://amri.web.id http:/masamri.multiply.com e-mail : amri{at}mq{dot}



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Gagal Yang Sukses
Selasa, 10 Desember 2013 05:17 WIB
Dunia Semakin Sempit, Hati Harus Semakin Luas
Selasa, 12 November 2013 06:04 WIB
Maafkan Aku, Ayah dan Ibu.!
Senin, 20 Mei 2013 06:13 WIB
Kesalahan Pola Hati
Kamis, 27 Mei 2010 13:41 WIB