Rutinitas yang membodohkan

Kamis, 05 Februari 2009 14:37 WIB | 4.124 kali
Rutinitas yang membodohkan

Pertama, sekitar sepuluh tahun yang lalu, beberapa temen persiapan untuk camping di tengah hutan. Semua perbekalan sudah disiapkan dengan sangat teliti dan percaya diri. Rombongan berangkat pukul 13.00 WIB agar sampai puncak gunung, sebelum pukul 18.00 WIB. Seperti biasa, pegunungan selalu diliputi oleh kabut dan sedikit hujan. Setelah sampai di puncak, rombongan mendirikan tenda dan aktifitas lainnya. Ada kejadian, sangat diluar dugaan, ketika pukul 20.00 WIB rombongan mau memasak, rupanya tidak ada satupun yang membawa korek api. Mau turun sangat tidak mungkin, kecuali semua turun, sebab jalur penuh jebakan. Akhirnya, semalaman kedinginan dan kelaparan. Sekedar, korek api, sudah bisa melumpuhkan rombongan.

Kedua, ini sumber dari detikcom, yaitu hujan yang turun sejak pagi buta membuat penerbangan pesawat Garuda GA 302 CKG-SUB tertunda. Penundaan ini bukan disebabkan Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, tergenang air, tapi karena pilot Garuda terjebak banjir. Terjadi dua kali pemunduran dari jadwal semestinya. Seharusnya pesawat terbang pukul 06.00 WIB, kemudian diundur menjadi pukul 07.00 WIB. Setelah menunggu satu jam kembali diinformasikan jadwal molor lagi menjadi pukul 08.00 WIB. "Saat di ruang tunggu ada pemberitahuan pilotnya kebanjiran," katanya. Sekedar, sebagian air yang ada, sudah bisa menunda penerbangan.

Ketiga,  seseorang pergi keluar kota untuk bersepeda sambil rekreasi. Semua peralatan sudah dibawa, pompa, tas sepeda agar sepeda tidak rusak, sepatu sepeda, jersi, helm, bahkan hotel tempat menginap sudah dipesan sebulan sebelumnya. Ketika sampai tujuan, semua sudah dipersiapkan, namun ada satu kejadian tak terduga, rupanya pedal sepeda tertinggal dirumah. Sekedar, pedal sepeda, semua aktifitas bersepedanya batal.

Keempat, pada saat kuliah seorang temen mengirim kartu lebaran ke orang tuanya, sebab tidak bisa pulang kampung, demi penghematan keuangan. Surat itu dialamatkan ke Belitung, yaitu Tanjung Pandan. Namun, bagian sortir surat pos, salah menempatkan. Surat untuk Tanjung Pandan disimpan di keranjang Tanjung Pinang. Jelas saja, sampai musim haji, surat itu tidak sampai. Tanjung Pandan letaknya di Belitung, sedangkan Tanjung Pinang letaknya di Kepulauan Riau. Kejadian ini, hampir mirip dengan Novel Maryamah Karpov karangan Andrea Hirata. Sekedar, salah keranjang, keluarga ini saling berprasangka tidak baik.

Sahabat CyberMQ

Pembelajaran kehidupan sangatlah banyak dalam hidup ini. Permasalahannya adalah seberapa bagus kita bisa mengambil pelajaran-pelajaran dari setiap kejadian.

Pertanyannya adalah:”Mengapa banyak pelajaran, kita tetap tidak bisa mengambil pelajaran?”. Salah satu jawaban sederhananya adalah “Karena kita hidup dalam rutinitas yang menjadikan kita tumpul dalam menangkap pembelajaran-pembelajaran dari setiap kejadian”. Mari kita mencoba untuk hidup tidak terjebak rutinitas yang membodohkan

Berani hadapi tantangan setiap hari membuat terobosan agar hidup tidak rutin yang membodohkan!!! Bagaimana pendapat sahabat ???

 



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Gagal Yang Sukses
Selasa, 10 Desember 2013 05:17 WIB
Dunia Semakin Sempit, Hati Harus Semakin Luas
Selasa, 12 November 2013 06:04 WIB
Maafkan Aku, Ayah dan Ibu.!
Senin, 20 Mei 2013 06:13 WIB
Kesalahan Pola Hati
Kamis, 27 Mei 2010 13:41 WIB