Benar ... Benar ... Benar

Kamis, 30 April 2009 15:00 WIB | 4.571 kali
Benar ... Benar ... Benar
Nasrudin sedang menjadi hakim di pengadilan kota. Mula-mula ia mendengarkan dakwaan yang berapi-api dengan fakta yang tak tersangkalkan dari jaksa. Setelah jaksa selesai dengan dakwaannya, Nasrudin berkomentar, aku rasa engkau benar.

Petugas majelis membujuk Nasrudin, mengingatkan bahwa terdakwa belum membela diri. Terdakwa diwakili oleh pengacara yang pandai mengolah logika, sehingga Nasrudin kembali terpikat. Setelah pengacara selesai, Nasrudin kembali berkomentar, aku rasa engkau benar.

Petugas mengingatkan Nasrudin bahwa tidak mungkin jaksa betul dan sekaligus pengacara juga betul. Harus ada salah satu yang salah ! Nasrudin menatapnya orang itu, dan kemudian berkomentar, aku rasa engkau benar.

 

 

Hidup ini, sebenarnya banyak sekali peluang-peluang untuk menjadi benar. Permasalahannya adalah jangan sampai kita merasa paling benar dan orang lain menjadi paling salah. Kalau ini yang ada dalam benak kehidupan kita, maka rumitlah kehidupan kita, sebab hidup menjadi salah ... salah ... salah ... yaitu benar ... benar ... benar ... yang memunculkan egoisme merasa paling benar.

Oleh karena itu, kalau pendirian kita dengan berbagai sudut pandang adalah benar, maka yakinlah bahwa orang lain juga ada benarnya dari berbagai sudut pandang yang benar. Jadi kalau misalnya ada orang lain yang melakukan kesalahan, maka tugas kita adalah membenarkan dengan cara yang benar. Begitu juga, kalau kita melakukan kesalahan, kemudian orang lain memberitahukan kesalahan kita dengan segala kekurangannya, maka niat baik mereka dengan segala kekurangan itu, juga benar.

Jadi intinya adalah marilah kebenaran-kebenaran dalam kehidupan ini jangan sampai menjadi salah disebabkan oleh kehidupan kita yang merasa paling benar. Penyakit ini salah satu penyebabnya adalah (1) Ketika bacaan buku kita dibawah sepuluh akan mengatakan diri kita benar dan orang lain salah. (2) Kalau bacaan kita dibawah lima ribu buku dan diatas sepuluh buku, maka penyakitnya adalah diri kita benar dan ada orang lain yang benar. (3) Sedangkan, kalau bacaan buku kita diatas lima ribu, maka kita yakin bahwa benar itu bertebaran dimana-mana dan tugas kita adalah bagaimana mengkomunikasikan benar-benar itu, dengan cara yang benar, sehingga menghasilkan kebenaran.

Sahabat CyberMQ

Renungan bagi kita bersama adalah mengapa banyak orang yang bacaan bukunya sudah melebihi sepuluh ribu, ditambah juga bacaan buku kehidupan, yaitu pengalaman menimba kehidupan berpuluh-puluh ribu peristiwa, tapi masih sering merasa dirinya benar dan orang lain salah. Kalau ini, susah jawabnya, Cuma bisa diilustrasikan dengan anekdot sederhana yaitu "Keledai, banyak yang lahir di Makkah, tapi sampai sekarang tidak ada keledai yang pergi haji atau Umroh".

Berani menghadapi benar ... benar ... benar ... atau lebih memilih salah ... salah ... salah ... sehingga hidup sekali ini, tidak pernah nyaman !!! Bagaimana pendapat sahabat.




Yuk Bagikan :

Baca Juga

Gagal Yang Sukses
Selasa, 10 Desember 2013 05:17 WIB
Dunia Semakin Sempit, Hati Harus Semakin Luas
Selasa, 12 November 2013 06:04 WIB
Maafkan Aku, Ayah dan Ibu.!
Senin, 20 Mei 2013 06:13 WIB
Kesalahan Pola Hati
Kamis, 27 Mei 2010 13:41 WIB